Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo, SE. Msi
IDENTITAS
Jurnal yang
direview adalah jurnal yang berasal dari Asian Journal of Business and
Management Sciences yang berjudul “ Types of Financial Crisis” yang ditulis
oleh PHD candidate Arbana Sahuti, Dr. Safety Merovcid dan Dr. Drita Konxheli
dari University of Prishtina, Kosovo. Vol. 2 No. 12 [31-39]
ABSTRAK
Krisis keuangan
telah menyebabkan banyak perdebatan dikalangan para ekonom yang berbeda. Mereka
telah berusaha untuk mengeksplorasi kemungkinan mendeteksi dan mencegah krisis
sebelum mereka menyebabkan kerusakan yang akan membutuhkan banyak waktu dan
energi untuk memperbaiki situasinya dan membawa ekonomi kembali kepada jalur
yang benar pada pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis berbagai jenis krisis keuangan yang telah mempengaruhi
ekonomi dunia dalam rangka untuk menarik pelajaran dari pengalaman mereka.
Analisis penelitian ini dibagi menjadi empat jenis krisis keuangan : krisis
perbankan; gelembung spekulatif dan kegagalan pasar; krisis keuangan
internasional; dan krisis ekonomi yang lebih luas. Pendekatan metodologis dalam
penelitian ini adalah kualitatif alam. Bahan yang digunakan berasal dari
berbagai buku dan jurnal akademik akademisi dan profesional yang memiliki
keahlian di bidang krisis keuangan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan
moneter dan ekonomi makro yang tepat adalah dasar fundamental untuk mendeteksi
dan mengelola yang mungkin terjadi.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa negara-negara dalam transisi dan mereka yang
pindah dari sistem perekonomian tertutup menjadi ekonomi pasar yang cenderung
akan diserang oleh spekulan dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki
pasar modal yang berkembang. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa
integrasi pasar modal antarnegara berdampak pada ekonomi mereka jika salah satu
dari mereka menghadapi krisis keuangan akibat efek berantai.
Kata kunci
: krisis, finansial, gelembung, perbankan
1. PENDAHULUAN
Dalam
beberapa dekade terakhir, krisis keuangan atau dikenal krisis finansial
digunakan untuk berbagai situasi dengan berbagai institusi atau aset keuangan
kehilangan sebagian besar nilai mereka. Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak
krisis finansial berhubungan dengan kepanikan perbankan dan resesi. Krisis
Finansial telah menghentikan momentum pembangunan ekonomi di banyak negara di
seluruh dunia. Dalam beberapa kasus krisis ini telah menghancurkan hampir
seluruhnya sistem keuangan yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis jenis krisis keuangan dan dampak yang ditimbulkan di negara-negara
yang telah mengalami krisis tersebut. Jurnal ini mengungkapkan 4 jenis krisis
keuangan diantaranya : krisis perbankan; gelembung spekulatif dan kegagalan
pasar; krisis keuangan internasional; dan krisis ekonomi yang lebih luas.
2. PEMBAHASAN
1)
Krisis
Perbankan
Terjadinya
krisis di sektor perbankan terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
berbagai aktivitas yang lazim dilakukan oleh industri perbankan. Dari sisi penghimpunan dana, besarnya jumlah
dan komposisi simpanan masyarakat yang berada dalam sistem perbankan memiliki pengaruh
yang besar terhadap kestabilan industri perbankan. Selama krisis, bank terkena fenomena yang
disebut “Bank Run” yang berarti penarikan dana masyarakat secara besar-besaran
dalam waktu singkat memberikan dampak negatif pada aspek likuiditas bank. Tindakan
ini terjadi karena para depositor yakin bahwa bank akan segera bangkrut dan
mungkin mereka akan kehilangan modalnya. Dalam jurnal ini memberikan contoh
kasus Bank of America tahun 1931 dan British Bank Northern Rock tahun 2007.
Akibatnya, pemerintah Inggris menawarkan pinjaman darurat melalui Bank of
England untuk menutupi masalah likuiditas jangka pendek. Namun tidak membantu
menstabilkan situasi.
Banyak
ekonom menganggap bahwa dalam kasus krisis sistematis, terlalu besar jika bank
gagal karena efek negatif yang menyertainya yang mungkin terjadi, yang akan
menyebabkan kerusakan lebih banyak dengan biaya yang lebih tinggi untuk ekonomi
individu. Ada konsensus umum bahwa krisis perbankan membatasi pembangunan
ekonomi negara. Sementara krisis cenderung terjadi pada ekonomi menurun,
masalah di sektor perbankan juga memiliki efek negatif sendiri terhadap ekonomi
riil. Dengan menganalisis anatomi krisis keuangan di 50 pasar dan negara-negara
berkembang, cashindan Duttagupta pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa
faktor-faktor dari dampak pertumbuhan krisis perbankan adalah (i) inflasi yang
sangat tinggi, (ii) deposito bank digunakan dengan likuiditas rendah, dan (iii)
profitabilitas yang rendah yang menekankan bahwa risiko mata uang asing di
pasar, ketidakstabilan ekonomi dan keberlanjutan keuangan yang buruk.
Menurut
studi yang dilakukan oleh Ariccia et al tahun 2008, industri yang bergantung
secara ekonomi kinerjanya buruk selama krisis perbankan dibandingkan dengan
industri yang tidak tergantung pada dana asing. Di sisi lain, hasil penelitian
menunjukkan bahwaefek negatif industri tergantung secara finansial jauh lebih
tinggi di negara-negara dengan sistem keuangan yang lebih dalam. Penulis
menyinggung sistem yang signifikan untuk mendukung pertumbuhan industri. Selain
itu studi Sarwa tahun 2010 menyarankan bahwa ukuran krisis adalah apa yang
menentukan tingkat pembangunan ekonomi.
2)
Gelembung
Spekulatif dan Kegagalan Pasar
Gelembung
ekonomi (economic bubble) / gelembung spekulatif atau gelembung keuangan merupakan
perdagangan dalam volume besar dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai
asli/instrinsiknya (dalam kata lain : memperdagangkan Produk atau aset dengan
harga yang lebih tinggi daripada nilai fundamentalnya. Gelembung ekonomi
memiliki siklus ekonomi yang ditandai dengan ekspansi yang cepat diikuti oleh
kontraksi, sering kali dengan cara yang dramatis. Konsep “gelembung”
mengemukakan teori bahwa harga surat berharga akan naik diatas nilai riil-nya
dan berlangsung naik terus menerus hingga harganya jatuh/ turun sangat drastis
di mana gelembung itu meletus.
Kehadiran
gelembung spekulatif meningkatkan peluang kegagalan pasar tertentu, komitmen
investor untuk membeli saham saat harga saham naik konsisten. Jika di beberapa
titik, banyak perdagangan memutuskan untuk menjual saham mereka pada saat yang
sama tidak akan ada pembeli di pasar. Akibatnya diasumsikan harga pasar akan
gagal, dan nilai saham akan turun drastis.
Beberapa
kasus gelembung spekulatif : Dutch Bubble (1637), Mississipi Bubble (1719-1720),
The explotion of the internet Bubble (2003). Disini akan diulas sedikit
ketiganya :
a.
Dutch
Bubble
Dikenal “Tulip
Crisis” adalah krisis keuangan pertama dan disebut kelahiran spekulasi
keuangan. Abad ke 17 tulip menjadi simbol kemewahan dan kekayaan. Semakin
langka dan unik orang-orang yang memiliki tulip dianggap lebih kaya.
Peningkatan harga tulip membuat banyak investor dan pedagang hancur ekonomi Belanda
jatuh menjadi krisis. Bursa Tulip diciptakan setelah pedagangan tulip mulai
dilakukan melalui perantara dan negosiator. Permintaan tulip datang dari Perancis,
Inggris, dan lain-lain. Harga tulip jatuh sekitar 20 kali banyak produsen
kehilangan sejumlah besar uangnya atau hancur total. Dengan menganalisis fenomena
ini, para ekonom menggarisbawahi bahwa spesiesi terjadi ketika imajinasi
populer berfokus pada beberapa hal yang terlihat baru.
b.
Mississipi
Bubble
Mississipi Bubble
terjadi awal 1700 an di Perancis dan dikembangkan paralel dengan British Bubble
of South Sea. Skotlandia Jon Law dikenal sebagai bapak keuangan dan penggunaan
uang kertas. Sistem Jon Law mewakili revolusi sejati di bidang moneter dan
merupakan langkah pertama meninggalkan uang logam sebagai alat pembayaran.
Gelembung ini dimuali 1715 saat pemerintah Perancis diambang kebangkrutan di
bawah beban utang selama perang suksesi Spanyol. 1717 John Law percaya bahwa
aktivitas bank ini dapat didasarkan pada kegiatan komersial, dimana perusahaan
mississipi ditunjuk sebagai perusahaan “company of the west” dan diberikan hak
monopoli terhadap perdagangan Amerika sepanjang sungai Mississipi. Tahun 1719 “company
of the west” akibat dari merger dengan
East India Company, perusahaan Perancis India dibuat. Modal perusahaan 100 juta
poundsterling dan livery yang membagi saham tunduk pada sejumlah spekulasi.
Krisis keuangan pecah dimana banyak para depositor dan pemegang saham
kehilangan investasi mereka. Akibatnya seluruh sistem keuangan Perancis runtuh
24 Maret 1721.
c.
The
explotion of the internet Bubble
Internet Bubble
dimulai tahun 1995 ketika Internet dan Netscape muncul. Dalam beberapa tahun,
sektor jasa telekomunikasi menjadi medan pertempuran untuk perusahaan besar
juga operator baru melihat peluang dalam bisnis ini muncul karena akses yang mudah
dalam investasi. Daham perusahaan di sektor ini tumbuh pesat dalam sehari.
Mereka banyak mengambil lebih besar dari pada nilai yang sebenarnya. Maret 2000
Bursa Efek mempengaruhi dan memprovokasi resesi ekonomi tidak hanya di sektor
dot-com tetapi dalam semua sektor ekonomi di seluruh dunia. Pada periode ini,
banyak penyimpangan akuntansi dan ketidakpatuhan yang terdaftar di banyak perusahaan
yang beroperasi di industri ini. Beberapa perusahaan seperti Google, Yahoo, Ebay,
dan Amazon bisa lepas dari dampak gelembung Internet.
3)
Krisis
Keuangan Internasional
Krisis
keuangan internasional telah menyebabkan kekacauan dalam ekonomi masing-masing
menghasilkan ketidakpuasan sosial, penurunan tingkat kerja, kredit pemotongan
oleh berbagai instansi, musim gugur saham di bursa saham,pemurunan investasi
asing langsung, dan privatisasi aset publik dan industri. Krisis moneter karena devaluasi mata uang dan
kegagalan untuk membayar utang telah mengakibatkan kebangkrutan negara. Dengan demikian,
ini adalah krisis yang sangat umum yang mempengaruhi sistem keuangan
internasional. Dampak spekulan telah menyebabkan banyak negara untuk
mendevaluasi mata uang mereka, arus masuk modal asing menurun telah mempengaruhi
keseimbangan sistem pembayaran, dan mengarah ke keruntuhN moneter. Akibatnya,
rezim seperti pertukaran moneter telah menyoroti rapinya sistem dan ketidakmampuan
untuk menarik spekulatif. Tahun 1980 krisis mulai menyebar diantaranya : krisis
utang tahun 1980-an di negara-negara berkembang, krisis keuangan Asian 1997, krisis Rusia 1998,
krisis moneter Eropa, Tequilla krisis 1990.
a.
Krisis
Utang
Banyak negara-negara
berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latinmencari untuk mengkonsolidasikan negara
mereka selama 60 an abad kedua puluh mengambil kredit besar di IMF dan Bank
Dunia. IMF dan Bank Dunia mendanai mereka untuk mengatasi situasi keuangan
mereka dan merangsang ekonomi mereka. Krisis tejadi tahun 1982 setelah Meksiko
menyatakan bahwa tidak bisa membayar kembali utang. Kebangkrutan keuangan
menyebar sangat cepat. IMF dan Bank Dunia menciptakan program “structural adjustment”
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran publik, penghapusan subsidi untuk produk
lokal dan privatisasi sektor publik. Banyak negara berkembang dipaksa untuk
menerima kondisi ini karena mereka sudah sangat tenggelam dalam utang dan
sangat membutuhkan untuk investasi. Namun, negara-negara yang terlilit utang tidak
dapat membayar obligasi mereka sehingga program Amerika yang disebut Brady Plan
dibuat dan diadopsi. Bagian dari utang diampuni dan negara- yang berhutang hrus
membeli 50% dari utang mereka. Akhirnya inisiatif baru yang mirip diadopsi, program
tersebut “Poor Countries with High Debt Levels” untuk memungkinkan mereka
mengatasi masalah keuangan mereka dan menempatkan kembali ekonomi mereka dalam
arah yang benar.
b.
Krisis
Keuangan Asia
Krisis ekonomi dan
keuangan yang serius mempengaruhi negara-negara Asia Tenggara tahun 1997.
Penyebab utama nya ialah devaluasi yang luar biasa mata uang Asia. Tahun 1960-1990,
Asia mengalami perputaran ekonomi yang signifikan yang mulai booming ekonomi.
Lima negara besar yang disebut sebagai “Macan Asian” seperti Thailand, Vietnam,
Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Pada masa kemakmuran negara-negara ini jatuh
ke dalam krisis. Penyebabnya :
1)
Suku
bunga naik dan ketersediaan pasar keuangan internasional
2)
Negara-negara
Asia tanpa terkecuali diterapkan kurs tetap untuk mata uang mereka kaitannya
dengan dollar.
3)
Melemahnya
tingkat ekspor sebagai akibat dari penguatan dolar, sehingga membuat barang-barang
Asia kurang kompetitif.
Gelembung keuangan
memuncak di Thailand kepergian modal asing dan penjualan besar-besaran mata
uang domestik sehingga pemerintah Thailand mengeluarkan biaya 23 miliar untuk
melindungi nilai tukar tetapi tidak berhasil. Di Indonesia sendiri Krisis
finansial telah sepenuhnya berubah menjadi krisis sosial dan politik hingga
akhirnya pemerintah diminta untuk turun karena dianggap tidak bisa
menyelesaikan krisis ini.
c.
Krisis
Rusia
Tahun 1988 krisis Rusia
dianggap kejutan yang sangat serius, terjadi sebagai kombinasi dari devaluasi
mata uangnya dan ketidakmampuan pemerintah Rusia untuk membayar utang dalam
negeri dalam bentuk obligasi jangka pendek disebut GKO (Gosudartvennoe
Kratkosrochnoe Obyazatelsvo). Krisis Rusia jelas mengidentifikasi mekanisme dan
kesalahan keuangan yang dapat menggoncangkan bukan hanya Rusia tetapi padar
keuangan global secara keseluruhan. Perkembangan baru dari keuangan padar obligasi
dianggap asal krisis Rusia. Kejutan terbesar Rusia diikuti oleh penghapusan
pajak atas bahan baku yang dibutuhkan oleh IMF tahun 1994. Maret 1998 diumumkan
bahwa pasar keuangan Rusia tidak dalam kondisi untuk memberikan solusi untuk
utang publik kolosal. Saat krisis memuncak sistem perbankan Rusia lemah dan
buruk.
d.
Krisis
Moneter Eropa
Negara-negara Eropa
tahun 1990 an seperti Inggris, Finlandia, Italia, Swedia, dan Norwegia memaksa
untuk pindah dari rezim kurs tetap menjadi kurs melayang. Krisis yang muncul
saat ini adalah hasil dari kebijakan ekonomi makro yang tidak memadai.
e.
Tequilla
Krisis
Krisis tequilla
muncul sebagai krisis baru. Desember 1994 krisis keuangan mencengkram Meksiko sebagai
akibat dari depresiasi mata uang yang mempengaruhi citra indah dengan menghancurkan
perekonomian Meksiko.
4)
Krisis
Ekonomi yang lebih luas
Krisis
dengan dimensi yang lebih besar adalah depresi besar tahun 1930-an dan krisis
real estate 2008-2009 di Amerika Serikat.
a.
Great
Depression 1930
Depresi besar
berlangsung hampir 15 tahun. Penyebab krisis telah runtuhnya atau penghancuran
Pasar Saham Amerika yang terjadi 29 November 1929 dikenal dengan “Black Tuesday”
banyak orang yang mengalami kerugian drastis sehingga seluruh sistem keuangan
terkejut. Sebagai akibat belanja konsumen telah menderita secara signifikan
karena takut krisis, inflasi meningkat, orang enggan meminjam dan penjualan di
industri otomotif juga jatuh, pengangguran telah capai rekor. Penurunan ekonomi
Amerika menyebabkan dampak di berbagai negara seperti Jerman, Inggris, hingga Perancis.
Masing-masing negara menerapkan kebijakan untuk menjaga ekonomi mereka dengan menempatkan
hambatan tarif yang berbeda untuk merangsang pembangunan ekonomi. Tapi langkah-langkah
ini memperburuk runtuhnya dalam perdagangan dunia. Akhir tahun 1994, negara-negara
ini setuju untuk membebaskan langkah-langkah ekonomi pelindung mereka dan praktek.
Mereka mendirikan lembaga-lembaga multilateral seperti Bank Internasional untuk
rekonstruksi dan pembangunan dan IMF untuk mengatur perdagangan global dan meningkatkan
aliran modal masuk sehingga merangsang kemakmuran ekonomi lebih lanjut di
antara negara-negara.
b.
Krisis
Real Estate di AS
Selama
2000, gelembung real estate berdampak ke pasar seluruh Amerika. Harga real
estate muli tumbuh pesat meningkat 200%. Dalam waktu yang sangat singkat,
penurunan drastis harga muncul membuat jumlah pinjaman real estate secara signifikan
melebihi jumlah US Mitos Amerika dan delusi luas “The Prices of Houses will
never fall”
Karean
investasi di sektor ini lebih aman dan menguntungkan dibanding sektor lainnya. Penurunan
dimuali pada 2006 dengan krisis subprime dan terus tanpa gangguan sampai 2008.
Presiden Bush dan Presiden Bank Sentral AS Bernanke merespon lebih ,emdesak dan
berusaha untuk menghentikan dan mengontrol efek negatif. Pemerintah AS mengalokasikan
lebih dari 900 miliar dolar dalam bentuk pembayaran atau bantuan untuk mengekstrak
negara dari resesi.
KESIMPULAN
1.
Krisis
tersebut menyebabkan kepanikan para nasabah bank karena mahalnya kredit bank,
sehingga sektor keuangan berpengaruh negatif terhadap sektor rill(kegiatan
produksi, investasi, perdagangan, maupun konsumsi). Krisis keuangan akan terus
manjalar menjadi krisis sosial dimana perusahaan tidak mendapatkan pinjaman
bank sehingga melakukan PHK terhadap karyawannya, dan kemudian memunculkan
krisis dalam kehidupan politik yang memuncak terjadinya krisis kepemimpinan
nasional. Untuk itu stabilitas keuangan sangat penting untuk mendukung
pembangunan ekonomi.
2.
Jurnal
ini untuk menganalisis jenis krisis keuangan dan dampak yang ditimbulkan akibat
krisis keuangan terhadap perekonomian di berbeda negara.
3.
Terdapat
4 jenis krisis keuangan yang tejadi dalam beberapa dekade yang telah mempengaruhi pasar global.
4.
Pelajaran
yang diambil dari jurnal ini adalah bahwa kebijakan makroekonomi dan moneter
yang memadai sangat penting untuk mengatur berfungsinya pasar dengan baik untuk
mengendalikan krisis keuangan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ekonomi
dalam transisi harus sangat berhati-hati saat bergerak dari ekonomi tertutup ke
ekonomi liberal karena semakin banyak kemungkinan spekulan untuk menyerang
pasar mereka. Ini tidak berarti bahwa pasar liberal kebal terhadap spekulan.
Selanjutnya, dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa integrasi pasar
global mempengaruhi berfungsinya tempat lain dengan baik jika ekonomi tunggal
mengalami krisis keuangan, resesi atau depresi karena efeknya berantai.
REFERENCES
Asian
Journal of Business and Management Sciences. Types of Financial Crisis .Vol.2 No.12
Jurnal Asing yang di review:
Klik Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar