Jumat, 13 Oktober 2017

Journal Review


Prodi : Perbankan Syariah

Dosen : Totok Harmoyo, SE. Msi



IDENTITAS

Jurnal yang direview adalah jurnal yang berasal dari Asian Journal of Business and Management Sciences yang berjudul “ Types of Financial Crisis” yang ditulis oleh PHD candidate Arbana Sahuti, Dr. Safety Merovcid dan Dr. Drita Konxheli dari University of Prishtina, Kosovo. Vol. 2 No. 12 [31-39]



ABSTRAK

Krisis keuangan telah menyebabkan banyak perdebatan dikalangan para ekonom yang berbeda. Mereka telah berusaha untuk mengeksplorasi kemungkinan mendeteksi dan mencegah krisis sebelum mereka menyebabkan kerusakan yang akan membutuhkan banyak waktu dan energi untuk memperbaiki situasinya dan membawa ekonomi kembali kepada jalur yang benar pada pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis berbagai jenis krisis keuangan yang telah mempengaruhi ekonomi dunia dalam rangka untuk menarik pelajaran dari pengalaman mereka. Analisis penelitian ini dibagi menjadi empat jenis krisis keuangan : krisis perbankan; gelembung spekulatif dan kegagalan pasar; krisis keuangan internasional; dan krisis ekonomi yang lebih luas. Pendekatan metodologis dalam penelitian ini adalah kualitatif alam. Bahan yang digunakan berasal dari berbagai buku dan jurnal akademik akademisi dan profesional yang memiliki keahlian di bidang krisis keuangan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan moneter dan ekonomi makro yang tepat adalah dasar fundamental untuk mendeteksi dan mengelola  yang mungkin terjadi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa negara-negara dalam transisi dan mereka yang pindah dari sistem perekonomian tertutup menjadi ekonomi pasar yang cenderung akan diserang oleh spekulan dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki pasar modal yang berkembang. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi pasar modal antarnegara berdampak pada ekonomi mereka jika salah satu dari mereka menghadapi krisis keuangan akibat efek berantai.     

Kata kunci : krisis, finansial, gelembung, perbankan



1.      PENDAHULUAN

Dalam beberapa dekade terakhir, krisis keuangan atau dikenal krisis finansial digunakan untuk berbagai situasi dengan berbagai institusi atau aset keuangan kehilangan sebagian besar nilai mereka. Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak krisis finansial berhubungan dengan kepanikan perbankan dan resesi. Krisis Finansial telah menghentikan momentum pembangunan ekonomi di banyak negara di seluruh dunia. Dalam beberapa kasus krisis ini telah menghancurkan hampir seluruhnya sistem keuangan yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis jenis krisis keuangan dan dampak yang ditimbulkan di negara-negara yang telah mengalami krisis tersebut. Jurnal ini mengungkapkan 4 jenis krisis keuangan diantaranya : krisis perbankan; gelembung spekulatif dan kegagalan pasar; krisis keuangan internasional; dan krisis ekonomi yang lebih luas.



2.     PEMBAHASAN

1)      Krisis Perbankan

Terjadinya krisis di sektor perbankan terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai aktivitas yang lazim dilakukan oleh industri perbankan.  Dari sisi penghimpunan dana, besarnya jumlah dan komposisi simpanan masyarakat yang berada dalam sistem perbankan memiliki pengaruh yang besar terhadap kestabilan industri perbankan.  Selama krisis, bank terkena fenomena yang disebut “Bank Run” yang berarti penarikan dana masyarakat secara besar-besaran dalam waktu singkat memberikan dampak negatif pada aspek likuiditas bank. Tindakan ini terjadi karena para depositor yakin bahwa bank akan segera bangkrut dan mungkin mereka akan kehilangan modalnya. Dalam jurnal ini memberikan contoh kasus Bank of America tahun 1931 dan British Bank Northern Rock tahun 2007. Akibatnya, pemerintah Inggris menawarkan pinjaman darurat melalui Bank of England untuk menutupi masalah likuiditas jangka pendek. Namun tidak membantu menstabilkan situasi.

Banyak ekonom menganggap bahwa dalam kasus krisis sistematis, terlalu besar jika bank gagal karena efek negatif yang menyertainya yang mungkin terjadi, yang akan menyebabkan kerusakan lebih banyak dengan biaya yang lebih tinggi untuk ekonomi individu. Ada konsensus umum bahwa krisis perbankan membatasi pembangunan ekonomi negara. Sementara krisis cenderung terjadi pada ekonomi menurun, masalah di sektor perbankan juga memiliki efek negatif sendiri terhadap ekonomi riil. Dengan menganalisis anatomi krisis keuangan di 50 pasar dan negara-negara berkembang, cashindan Duttagupta pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa faktor-faktor dari dampak pertumbuhan krisis perbankan adalah (i) inflasi yang sangat tinggi, (ii) deposito bank digunakan dengan likuiditas rendah, dan (iii) profitabilitas yang rendah yang menekankan bahwa risiko mata uang asing di pasar, ketidakstabilan ekonomi dan keberlanjutan keuangan yang buruk.

Menurut studi yang dilakukan oleh Ariccia et al tahun 2008, industri yang bergantung secara ekonomi kinerjanya buruk selama krisis perbankan dibandingkan dengan industri yang tidak tergantung pada dana asing. Di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan bahwaefek negatif industri tergantung secara finansial jauh lebih tinggi di negara-negara dengan sistem keuangan yang lebih dalam. Penulis menyinggung sistem yang signifikan untuk mendukung pertumbuhan industri. Selain itu studi Sarwa tahun 2010 menyarankan bahwa ukuran krisis adalah apa yang menentukan tingkat pembangunan ekonomi.



2)     Gelembung Spekulatif dan Kegagalan Pasar

Gelembung ekonomi (economic bubble) / gelembung spekulatif atau gelembung keuangan merupakan perdagangan dalam volume besar dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai asli/instrinsiknya (dalam kata lain : memperdagangkan Produk atau aset dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai fundamentalnya. Gelembung ekonomi memiliki siklus ekonomi yang ditandai dengan ekspansi yang cepat diikuti oleh kontraksi, sering kali dengan cara yang dramatis. Konsep “gelembung” mengemukakan teori bahwa harga surat berharga akan naik diatas nilai riil-nya dan berlangsung naik terus menerus hingga harganya jatuh/ turun sangat drastis di mana gelembung itu meletus.

Kehadiran gelembung spekulatif meningkatkan peluang kegagalan pasar tertentu, komitmen investor untuk membeli saham saat harga saham naik konsisten. Jika di beberapa titik, banyak perdagangan memutuskan untuk menjual saham mereka pada saat yang sama tidak akan ada pembeli di pasar. Akibatnya diasumsikan harga pasar akan gagal, dan nilai saham akan turun drastis.

Beberapa kasus gelembung spekulatif : Dutch Bubble (1637), Mississipi Bubble (1719-1720), The explotion of the internet Bubble (2003). Disini akan diulas sedikit ketiganya :

a.       Dutch Bubble

Dikenal “Tulip Crisis” adalah krisis keuangan pertama dan disebut kelahiran spekulasi keuangan. Abad ke 17 tulip menjadi simbol kemewahan dan kekayaan. Semakin langka dan unik orang-orang yang memiliki tulip dianggap lebih kaya. Peningkatan harga tulip membuat banyak investor dan pedagang hancur ekonomi Belanda jatuh menjadi krisis. Bursa Tulip diciptakan setelah pedagangan tulip mulai dilakukan melalui perantara dan negosiator. Permintaan tulip datang dari Perancis, Inggris, dan lain-lain. Harga tulip jatuh sekitar 20 kali banyak produsen kehilangan sejumlah besar uangnya atau hancur total. Dengan menganalisis fenomena ini, para ekonom menggarisbawahi bahwa spesiesi terjadi ketika imajinasi populer berfokus pada beberapa hal yang terlihat baru.

b.      Mississipi Bubble

Mississipi Bubble terjadi awal 1700 an di Perancis dan dikembangkan paralel dengan British Bubble of South Sea. Skotlandia Jon Law dikenal sebagai bapak keuangan dan penggunaan uang kertas. Sistem Jon Law mewakili revolusi sejati di bidang moneter dan merupakan langkah pertama meninggalkan uang logam sebagai alat pembayaran. Gelembung ini dimuali 1715 saat pemerintah Perancis diambang kebangkrutan di bawah beban utang selama perang suksesi Spanyol. 1717 John Law percaya bahwa aktivitas bank ini dapat didasarkan pada kegiatan komersial, dimana perusahaan mississipi ditunjuk sebagai perusahaan “company of the west” dan diberikan hak monopoli terhadap perdagangan Amerika sepanjang sungai Mississipi. Tahun 1719 “company of  the west” akibat dari merger dengan East India Company, perusahaan Perancis India dibuat. Modal perusahaan 100 juta poundsterling dan livery yang membagi saham tunduk pada sejumlah spekulasi. Krisis keuangan pecah dimana banyak para depositor dan pemegang saham kehilangan investasi mereka. Akibatnya seluruh sistem keuangan Perancis runtuh 24 Maret 1721.

c.       The explotion of the internet Bubble

Internet Bubble dimulai tahun 1995 ketika Internet dan Netscape muncul. Dalam beberapa tahun, sektor jasa telekomunikasi menjadi medan pertempuran untuk perusahaan besar juga operator baru melihat peluang dalam bisnis ini muncul karena akses yang mudah dalam investasi. Daham perusahaan di sektor ini tumbuh pesat dalam sehari. Mereka banyak mengambil lebih besar dari pada nilai yang sebenarnya. Maret 2000 Bursa Efek mempengaruhi dan memprovokasi resesi ekonomi tidak hanya di sektor dot-com tetapi dalam semua sektor ekonomi di seluruh dunia. Pada periode ini, banyak penyimpangan akuntansi dan ketidakpatuhan yang terdaftar di banyak perusahaan yang beroperasi di industri ini. Beberapa perusahaan seperti Google, Yahoo, Ebay, dan Amazon bisa lepas dari dampak gelembung Internet.



3)     Krisis Keuangan Internasional

Krisis keuangan internasional telah menyebabkan kekacauan dalam ekonomi masing-masing menghasilkan ketidakpuasan sosial, penurunan tingkat kerja, kredit pemotongan oleh berbagai instansi, musim gugur saham di bursa saham,pemurunan investasi asing langsung, dan privatisasi aset publik dan industri.  Krisis moneter karena devaluasi mata uang dan kegagalan untuk membayar utang telah mengakibatkan kebangkrutan negara. Dengan demikian, ini adalah krisis yang sangat umum yang mempengaruhi sistem keuangan internasional. Dampak spekulan telah menyebabkan banyak negara untuk mendevaluasi mata uang mereka, arus masuk modal asing menurun telah mempengaruhi keseimbangan sistem pembayaran, dan mengarah ke keruntuhN moneter. Akibatnya, rezim seperti pertukaran moneter telah menyoroti rapinya sistem dan ketidakmampuan untuk menarik spekulatif. Tahun 1980 krisis mulai menyebar diantaranya : krisis utang tahun 1980-an di negara-negara berkembang,  krisis keuangan Asian 1997, krisis Rusia 1998, krisis moneter Eropa, Tequilla krisis 1990.

a.       Krisis Utang

Banyak negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latinmencari untuk mengkonsolidasikan negara mereka selama 60 an abad kedua puluh mengambil kredit besar di IMF dan Bank Dunia. IMF dan Bank Dunia mendanai mereka untuk mengatasi situasi keuangan mereka dan merangsang ekonomi mereka. Krisis tejadi tahun 1982 setelah Meksiko menyatakan bahwa tidak bisa membayar kembali utang. Kebangkrutan keuangan menyebar sangat cepat. IMF dan Bank Dunia menciptakan program “structural adjustment” bertujuan untuk mengurangi pengeluaran publik, penghapusan subsidi untuk produk lokal dan privatisasi sektor publik. Banyak negara berkembang dipaksa untuk menerima kondisi ini karena mereka sudah sangat tenggelam dalam utang dan sangat membutuhkan untuk investasi. Namun, negara-negara yang terlilit utang tidak dapat membayar obligasi mereka sehingga program Amerika yang disebut Brady Plan dibuat dan diadopsi. Bagian dari utang diampuni dan negara- yang berhutang hrus membeli 50% dari utang mereka. Akhirnya inisiatif baru yang mirip diadopsi, program tersebut “Poor Countries with High Debt Levels” untuk memungkinkan mereka mengatasi masalah keuangan mereka dan menempatkan kembali ekonomi mereka dalam arah yang benar.

b.      Krisis Keuangan Asia

Krisis ekonomi dan keuangan yang serius mempengaruhi negara-negara Asia Tenggara tahun 1997. Penyebab utama nya ialah devaluasi yang luar biasa mata uang Asia. Tahun 1960-1990, Asia mengalami perputaran ekonomi yang signifikan yang mulai booming ekonomi. Lima negara besar yang disebut sebagai “Macan Asian” seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Pada masa kemakmuran negara-negara ini jatuh ke dalam krisis. Penyebabnya :

1)      Suku bunga naik dan ketersediaan pasar keuangan internasional

2)     Negara-negara Asia tanpa terkecuali diterapkan kurs tetap untuk mata uang mereka kaitannya dengan dollar.

3)     Melemahnya tingkat ekspor sebagai akibat dari penguatan dolar, sehingga membuat barang-barang Asia kurang kompetitif.

Gelembung keuangan memuncak di Thailand kepergian modal asing dan penjualan besar-besaran mata uang domestik sehingga pemerintah Thailand mengeluarkan biaya 23 miliar untuk melindungi nilai tukar tetapi tidak berhasil. Di Indonesia sendiri Krisis finansial telah sepenuhnya berubah menjadi krisis sosial dan politik hingga akhirnya pemerintah diminta untuk turun karena dianggap tidak bisa menyelesaikan krisis ini.

c.       Krisis Rusia

Tahun 1988 krisis Rusia dianggap kejutan yang sangat serius, terjadi sebagai kombinasi dari devaluasi mata uangnya dan ketidakmampuan pemerintah Rusia untuk membayar utang dalam negeri dalam bentuk obligasi jangka pendek disebut GKO (Gosudartvennoe Kratkosrochnoe Obyazatelsvo). Krisis Rusia jelas mengidentifikasi mekanisme dan kesalahan keuangan yang dapat menggoncangkan bukan hanya Rusia tetapi padar keuangan global secara keseluruhan. Perkembangan baru dari keuangan padar obligasi dianggap asal krisis Rusia. Kejutan terbesar Rusia diikuti oleh penghapusan pajak atas bahan baku yang dibutuhkan oleh IMF tahun 1994. Maret 1998 diumumkan bahwa pasar keuangan Rusia tidak dalam kondisi untuk memberikan solusi untuk utang publik kolosal. Saat krisis memuncak sistem perbankan Rusia lemah dan buruk.

d.      Krisis Moneter Eropa

Negara-negara Eropa tahun 1990 an seperti Inggris, Finlandia, Italia, Swedia, dan Norwegia memaksa untuk pindah dari rezim kurs tetap menjadi kurs melayang. Krisis yang muncul saat ini adalah hasil dari kebijakan ekonomi makro yang tidak memadai.

e.       Tequilla Krisis

Krisis tequilla muncul sebagai krisis baru. Desember 1994 krisis keuangan mencengkram Meksiko sebagai akibat dari depresiasi mata uang yang mempengaruhi citra indah dengan menghancurkan perekonomian Meksiko.



4)     Krisis Ekonomi yang lebih luas

Krisis dengan dimensi yang lebih besar adalah depresi besar tahun 1930-an dan krisis real estate 2008-2009 di Amerika Serikat.

a.       Great Depression 1930

Depresi besar berlangsung hampir 15 tahun. Penyebab krisis telah runtuhnya atau penghancuran Pasar Saham Amerika yang terjadi 29 November 1929 dikenal dengan “Black Tuesday” banyak orang yang mengalami kerugian drastis sehingga seluruh sistem keuangan terkejut. Sebagai akibat belanja konsumen telah menderita secara signifikan karena takut krisis, inflasi meningkat, orang enggan meminjam dan penjualan di industri otomotif juga jatuh, pengangguran telah capai rekor. Penurunan ekonomi Amerika menyebabkan dampak di berbagai negara seperti Jerman, Inggris, hingga Perancis. Masing-masing negara menerapkan kebijakan untuk menjaga ekonomi mereka dengan menempatkan hambatan tarif yang berbeda untuk merangsang pembangunan ekonomi. Tapi langkah-langkah ini memperburuk runtuhnya dalam perdagangan dunia. Akhir tahun 1994, negara-negara ini setuju untuk membebaskan langkah-langkah ekonomi pelindung mereka dan praktek. Mereka mendirikan lembaga-lembaga multilateral seperti Bank Internasional untuk rekonstruksi dan pembangunan dan IMF untuk mengatur perdagangan global dan meningkatkan aliran modal masuk sehingga merangsang kemakmuran ekonomi lebih lanjut di antara negara-negara.

b.      Krisis Real Estate di AS

Selama 2000, gelembung real estate berdampak ke pasar seluruh Amerika. Harga real estate muli tumbuh pesat meningkat 200%. Dalam waktu yang sangat singkat, penurunan drastis harga muncul membuat jumlah pinjaman real estate secara signifikan melebihi jumlah US Mitos Amerika dan delusi luas “The Prices of Houses will never fall”

Karean investasi di sektor ini lebih aman dan menguntungkan dibanding sektor lainnya. Penurunan dimuali pada 2006 dengan krisis subprime dan terus tanpa gangguan sampai 2008. Presiden Bush dan Presiden Bank Sentral AS Bernanke merespon lebih ,emdesak dan berusaha untuk menghentikan dan mengontrol efek negatif. Pemerintah AS mengalokasikan lebih dari 900 miliar dolar dalam bentuk pembayaran atau bantuan untuk mengekstrak negara dari resesi.



KESIMPULAN

1.       Krisis tersebut menyebabkan kepanikan para nasabah bank karena mahalnya kredit bank, sehingga sektor keuangan berpengaruh negatif terhadap sektor rill(kegiatan produksi, investasi, perdagangan, maupun konsumsi). Krisis keuangan akan terus manjalar menjadi krisis sosial dimana perusahaan tidak mendapatkan pinjaman bank sehingga melakukan PHK terhadap karyawannya, dan kemudian memunculkan krisis dalam kehidupan politik yang memuncak terjadinya krisis kepemimpinan nasional. Untuk itu stabilitas keuangan sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi.

2.      Jurnal ini untuk menganalisis jenis krisis keuangan dan dampak yang ditimbulkan akibat krisis keuangan terhadap perekonomian di berbeda negara.

3.      Terdapat 4 jenis krisis keuangan yang tejadi dalam beberapa dekade  yang telah mempengaruhi pasar global.

4.      Pelajaran yang diambil dari jurnal ini adalah bahwa kebijakan makroekonomi dan moneter yang memadai sangat penting untuk mengatur berfungsinya pasar dengan baik untuk mengendalikan krisis keuangan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ekonomi dalam transisi harus sangat berhati-hati saat bergerak dari ekonomi tertutup ke ekonomi liberal karena semakin banyak kemungkinan spekulan untuk menyerang pasar mereka. Ini tidak berarti bahwa pasar liberal kebal terhadap spekulan. Selanjutnya, dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa integrasi pasar global mempengaruhi berfungsinya tempat lain dengan baik jika ekonomi tunggal mengalami krisis keuangan, resesi atau depresi karena efeknya berantai.



REFERENCES

Asian Journal of Business and Management Sciences. Types of Financial Crisis .Vol.2 No.12





Jurnal Asing yang di review:
Klik Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KELOMPOK 1 PASAR MODAL SYARIAH

INVESTASI DAN PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA Khairil Ihsan Sitompul [1] Nur Auliah [2] Nurhidayati [3] Yuyun Trian...